Opini  

Tambak Udang Antara Peluang Ekonomi Dan Dampak Negatif Bagi Masyarakat Pesisir di Kabupaten Sumenep

Foto Penulis Jamilatul Atiyah ( Aktivis Perempuan )

Sumenep, sebagai salah satu kabupaten pesisir di Jawa Timur, telah lama dikenal sebagai daerah dengan potensi perikanan yang besar, khususnya budidaya udang. Dalam beberapa tahun terakhir, tambak udang di wilayah ini mengalami perkembangan pesat dan menjadi sumber penghidupan bagi ribuan masyarakat. Budidaya udang tidak hanya memberikan kontribusi signifikan bagi pendapatan lokal, tetapi juga berperan penting dalam meningkatkan devisa negara melalui ekspor.

Namun, keberhasilan ekonomi ini tidak boleh menutup mata terhadap berbagai dampak lingkungan yang muncul akibat ekspansi tambak udang, terutama yang dilakukan tanpa pengelolaan berkelanjutan. Di Sumenep, konversi hutan mangrove menjadi lahan tambak telah menjadi isu yang kian mengkhawatirkan. Hutan mangrove yang dulu luas berfungsi sebagai pelindung alami pesisir dari abrasi, gelombang laut, dan banjir rob kini semakin berkurang. Pengurangan mangrove ini mengancam stabilitas ekosistem pesisir dan meningkatkan kerentanan wilayah terhadap bencana alam.

Dampak lain yang tidak kalah serius adalah pencemaran lingkungan akibat limbah tambak yang tidak dikelola dengan baik. Limbah berupa sisa pakan, kotoran udang, dan bahan kimia dari proses budidaya sering dibuang langsung ke perairan sekitar tanpa pengolahan memadai. Akibatnya, kualitas air di sekitar tambak menurun, menyebabkan kematian massal ikan-ikan kecil dan organisme laut lain yang selama ini menjadi sumber pangan dan mata pencaharian masyarakat nelayan tradisional.

Perubahan lingkungan ini bukan hanya mengancam ekosistem laut, tapi juga berdampak pada kesehatan masyarakat. Beberapa warga sekitar melaporkan gangguan kesehatan yang diduga terkait dengan pencemaran air dan lingkungan, seperti iritasi kulit dan gangguan pernapasan. Selain itu, kerusakan lingkungan yang terus berlanjut membuat produktivitas tambak pun menurun karena kondisi tanah dan air yang semakin buruk, yang pada akhirnya merugikan para petambak sendiri.

Menghadapi tantangan tersebut, sangat penting bagi pemerintah daerah Sumenep, pelaku usaha, dan masyarakat untuk berkomitmen pada budidaya udang yang berkelanjutan. Beberapa teknologi dan metode budidaya ramah lingkungan, seperti sistem bioflok yang mengurangi kebutuhan pembersihan air dan penggunaan bahan kimia, atau integrasi tambak dengan kawasan mangrove, dapat menjadi solusi efektif. Pengelolaan limbah yang baik serta pelestarian kawasan mangrove harus menjadi bagian integral dari setiap rencana pengembangan tambak udang.

Penerapan regulasi yang ketat dan pengawasan berkelanjutan oleh pemerintah juga sangat diperlukan untuk memastikan bahwa praktik budidaya tidak merusak lingkungan pesisir. Selain itu, peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga lingkungan adalah kunci keberhasilan program ini.

Sumenep memiliki potensi besar untuk menjadi contoh pengelolaan tambak udang yang sukses dan berkelanjutan. Jika keseimbangan antara keuntungan ekonomi dan pelestarian lingkungan dapat diwujudkan, maka masa depan budidaya udang di daerah ini tidak hanya cerah dari sisi ekonomi, tetapi juga lestari dari sisi ekologi.

Kita semua bertanggung jawab untuk menjaga alam agar tetap sehat dan produktif bagi generasi sekarang dan yang akan datang. Melalui kolaborasi dan komitmen bersama, tambak udang di Sumenep dapat menjadi sumber kesejahteraan yang tidak mengorbankan lingkungan.

*****

Penulis: Jamilatul Atiyah Aktivis Perempuan Dan Editor Okaranews.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *